Sharing is Caring | Simple Share™ Berbagi Informasi yang Positif | SEO, Tips, Tutorial, Resensi, Review, Cerita Kehidupan Simple Share™

Jumat, 04 November 2011

Seberkas Cahaya di Palestina (11/14)

Tanpa terasa waktu cepat berlalu. Tiga bulan lamanya aku berada di Palestina. Banyak pengalaman dan pelajaran berharga yang kudapatkan. Aku sungguh bersyukur  ketika itu cepat memutuskan bergabung dengan lembaga masyarakat yang bergerak dalam bidang bantuan  kesehatan bagi para korban perang ini. Rasanya banyak yang belum aku lakukan dan korbankan demi menegakkan ajaran-Nya. Aku tidak ada apa-apanya dibanding para mujahid yang dengan gagah berani rela mengorbankan jiwa dan raganya.

Suatu hari Mahmud memperkenalkanku dengan salah satu kenalannya. Ia adalah seorang doktor lulusan universitas Islam Madinah, Arab Saudi. Ia khusus datang mengunjungi para relawan di kamp-kamp Palestina untuk memberikan dorongan. Dr Ibrahim yang bernama asli David Gray ini adalah teman lama Mahmud ketika mereka masih mukim di New Jersey, Amerika Serikat. Aku sempat berbincang-bincang lama dengannya.
Darinya aku mengetahui bahwa universitas tempat ia menimba ilmu keislaman menyediakan beasiswa bagi siapa yang berminat. Aku segera mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan keperluan tersebut seperti persyaratan, orang-orang yang dapat aku hubungi dan sebagainya.
***
Sepulangku dari Palestina, aku segera menyampaikan keinginanku kepada uztad Abdullah pembimbingku di pesantren untuk kuliah di universitas Madinah. Aku juga menceritakan kepadanya bahwa aku telah memiliki keterangan lengkap mengenai perguruan tinggi tersebut lengkap dengan keterangan mengenai beasiswa yang dikeluarkan mereka. Dengan penuh antusias uztad Abdullah menyambut gembira keinginanku tersebut.
Beberapa minggu kemudian dengan bantuannya aku berhasil mendapatkan beasiswa yang sangat kuharapkan tersebut. ” Alhamdulillah”, pujiku. Aku mendapat bimbingan kilat khusus bahasa Arab percakapan dari teman uztad Abdullah yang pernah lama menetap di Madinah. Aku terpaksa berhenti menjadi sopir angkot karena waktunya sangat mendesak. Aku bersyukur para guru, pembimbing dan bahkan teman-teman di pesantren dapat memaklumi kesibukan baruku itu.
Setelah semua keperluan administrasi lengkap baik untuk urusan perkuliahan maupun urusan tiket, paspor berikut visanya akupun menyempatkan diri menulis surat untuk kedua orang-tuaku dan juga tante Rani.
Yang tercinta ayah, ibu dan tante Rani.
Alhamdulillah sekembaliku dari Palestina beberapa minggu yang lalu aku dalam keadaan baik dan sehat. Semoga begitu juga keadaan ayah, ibu dan tante.
Kali ini aku ingin mengabarkan bahwa aku mendapatkan beasiswa untuk belajar dan menuntut ilmu keislaman di salah sebuah universitas terbaik di Madinah, Arab Saudi. Walaupun kepercayaan kita sekarang untuk sementara tidak sama namun aku tetap memohon doa restu kalian bertiga. Rencana aku akan berangkat Senin depan ini.
Dengan memperdalam kepercayaan baruku di tempat lahirnya, aku akan membuktikan  bahwa Islam bukanlah agama teror sebagaimana yang sering diisukan pihak Barat.
Salam,
Mada.
***
Universitas Islam Madinah adalah sebuah universitas Islam tertua di Saudi Arabia, yang sering didatangi oleh utusan berbagai negara. Perguruan tinggi Islam yang letaknya  tidak  seberapa jauh dari Masjid Nabawi ini terdaftar memiliki mahasiswa asal Indonesia lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa yang belajar di Universitas Saudi lainnya. Data terakhir menunjukkan jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di universitas ini lebih dari 130 orang.
IUM ( Islamic University of Madinah ) memiliki lima fakultas yaitu fakultas Syariah, fakultas Dakwah dan Ushuluddin, fakultas Al-Qur’an dan Dirasah Islamiyah, fakultas Bahasa Arab, dan fakultas Hadits dan Dirasah Islamiyah. Aku mulanya tidak tahu harus memilih fakultas yang mana. Namun berkat bimbingan dan arahan teman-teman baru Indonesiaku di tempat ini, akhirnya aku memutuskan untuk belajar di fakultas Al-Quran dan Dirasah Islamiyah.
Selama aku menuntut ilmu di Madinah ini, aku akan menempati sebuah kamar berdua dengan seorang teman yang juga dari Indonesia di asrama mahasiswa yang didominasi oleh mahasiswa dari Asia Tenggara. Sementara itu untuk sekedar menambah uang saku, aku telah didaftarkan teman sekamarku, Sofyan, sebagai pegawai tak tetap di sebuah biro perjalanan haji dan umrah yang berpusat di Paris, Perancis.. Tugasku nantinya adalah menjadi sopir cadangan bila sewaktu-waktu sopir yang sebenarnya berhalangan hadir. Tentu saja aku akan didampingi seseorang yang mengenal baik liku-liku jalan di kota Madinah ini karena aku masih baru di kota ini.
Namun begitu aku juga bertanya-tanya mengapa aku yang dipilih? Ternyata karena aku menguasai bahasa Perancis jadi sewaktu-waktu nanti bisa jadi tugasku akan merangkap menjadi sopir sekaligus penerjemah bagi jamaah asal negrinya Zinedin Zidane ini. Sungguh aku bersyukur atas semua berkah dan kemudahan yang dilimpahkan-Nya kepadaku.
Hari-hari  pertamaku ketika aku menginjakkan kaki di kota Rasulullah ini aku pergunakan untuk ziarah ke makam Rasulullah saw. Di  luar dugaanku sama sekali ternyata makam ini terletak di dalam masjid Nabawi, masjidnya Rasulullah yang merupakan masjid  tertua di Madinah diluar masjid Quba. Tanpa kesulitan kita akan tahu persis letak makam tersebut karena makam yang diapit dua sahabat terbaik Rasulullah itu, yaitu Abu Bakar dan Umar bin Khatab, dinaungi kubah yang berbeda dengan kubah lainnya. Kubah ini berwarna hijau tua. Arealnya disebut  Raudhah.
Berdasarkan data yang kudapat, Masjid Nabawi yang luasnya  98.000m2 ini mampu menampung sekitar 167.000 jemaah dilantai dasar dan sekitar  90.000 jemaah di lantai atas. Sementara apabila ditambah dengan halaman masjid, sekitar 650.000 jamaah bisa tertampung pada hari-hari biasa dan lebih dari 1.000.000 jamaah pada musim haji atau bulan Ramadhan. Untuk pengaturan udara dalam masjid yang sangat luas ini dibangun 27 ruang terbuka disamping  9 buah atap berbentuk kubah yang dapat dibuka dan ditutup secara  otomatis.
Masjid megah yang seluruh pintu-pintunya dilapisi emas ini mempunyai 10 buah menara termasuk 2 menara besar yang mengapit pintu gerbang utama. Sementara itu pada ketinggian 87m dipasangi sinar laser yang memancarkan cahaya kearah Mekah sejauh 50 km untuk menunjukan arah kiblat dan dinyalakan pada waktu tertentu terutama di waktu-waktu  shalat.
Demi memanjakan jamaah pula, pihak kerajaan Arab Saudi yang bertanggung-jawab atas lancarnya penyelenggaraan haji dan umrah bagi jamaah yang datang dari berbagai sudut dunia ini mengalirkan air zam-zam dari Mekah ke Madinah yang jaraknya sekitar 450 km. Disamping itu kerajaan juga membangun tempat parkir mobil dibawah masjid untuk lebih dari 10.000 mobil dengan jalan akses langsung ke luar kota Madinah sehingga tidak mengganggu lalu lintas sekitar masjid.
.***
Aku sangat menyukai suasana kampus baruku.  Jika tidak ada keperluan mendesak yang mengharuskanku harus tetap di kampus ketika azan berkumandang, aku pergi ke masjid Nabawi untuk melaksanakan kewajiban shalat 5 waktu secara berjamaah. Jarak yang lumayan dekat antara keduanya memungkinkanku melaksanakan hal tersebut. Kebetulan pula asramaku terletak di dalam area yang sama dengan kampus. Begitu pula dengan materi kuliah, dosen dan teman-teman yang semuanya menurutku menarik. Bahkan baru 1 bulan aku kuliahpun aku sudah dapat merasakan manfaat langsung dari kuliahku disini.
Mata pelajaran yang paling aku sukai adalah Sirah Nabawiyah, yaitu sejarah tentang Rasulullah Muhammad saw. Pribadi beliau memang benar-benar cerminan Al-Quran berjalan. Bahkan semenjak kecilpun pribadi itu telah terlihat jelas. Rupanya Allah swt memang telah mempersiapkannya sebagai  calon nabi besar.
“ Penduduk Mekah jauh sebelum Rasulullah dilahirkan sebenarnya telah mengenal Allah sebagai Pencipta Alam Semesta dan isinya. Mereka bahkan juga percaya bahwa rezeki yang mereka terima adalah dari Allah, Tuhan mereka. Namun sayangnya mereka menduakan Allah dengan sesembahan lain, yaitu berhala-berhala Hubal, Latta dan Uzza. Mereka menyembah dan memohon kepada berhala-berhala itu disamping kepada Allah walaupun dengan dalih hanya sebagai perantara. Itu sebabnya mereka dinamakan kaum Musyrik atau kaum yang syirik. Nah.. di tengah kaum yang seperti itulah Muhammad dilahirkan “,ujar Syeikh Al-Qathan, seorang professor asli Saudi yang mengajar pelajaran Sirah Nabawiyah.
Pada zaman itu hampir semua pemuda terbiasa hidup berfoya-foya, bermabuk-mabukan, berjudi dan bermain-main dengan perempuan. Namun Muhammad remaja tidak pernah tertarik untuk ikut-ikutan melakukan semua perbuatan tersebut. Bahkan untuk sekedar kongkow-kongkowpun ia tidak mau. Menurutnya hal itu hanya membuang-buang waktu percuma ”, lanjutnya.
Ia berhenti sebentar untuk memberi kesempatan salah satu mahasiswa yang mengangkat tangannya  untuk bertanya.
Bisakah keadaan ketika itu disamakan dengan keadaan sekarang ini, prof? Bukankah saat inipun banyak orang yang mengaku menyembah Allah namun tetap percaya kepada ramalan, tukang tenung, sihir, dukun dan lain-lain. Perlakuan merekapun banyak yang buruk. Korupsi dimana-mana, perzinahan merajalela bahkan orang yang jujur dan baikpun  dianggap aneh “, tanya seorang siswa asal Korea.
Ya, betul sekali “, jawab prof. “ Keadaan ketika itu bisa dibilang sama dengan keadaan sekarang ini. Bedanya mungkin kalau zaman dahulu orang yang terang-terangan ingin menjadi pengikut Rasulullah, ingin memurnikan agama dengan hanya meyembah kepada Allah, ia akan disiksa seperti halnya Bilal, Amar dll maka orang pada zaman  sekarang tidak mengalami hal seburuk itu lagi ”, jawabnya mantap.
Secara tidak sengaja tiba-tiba kejadian pahit di kamarku nyaris setahun yang lalu terlintas di kepalaku. Namun aku memilih untuk diam. Biarlah  kenangan buruk itu tetap berada di benakku. Lagipula bila dibanding penderitaan para sahabat di masa lampau kejadian tersebut tidak ada apa-apanya.  Tetapi aku juga tiba-tiba teringat bahwa orang-orang yang tinggal di bekas jajahan Rusia seperti Tajikistan, Turbekiztan dan lain-lain beberapa  tahun yang lalu masih mengalami perlakuan buruk bila pemerintah komunis tersebut mendapati ada penduduknya yang ketahuan beragama Islam apalagi bila kepergok sedang menjalankan shalat!
“ Suatu hari saking seringnya melihat teman-temannya keluar malam, Muhammad muda akhirnya tergoda juga untuk pergi menyaksikan sebuah pertunjukkan hiburan di malam hari. Karena tidak terbiasa tidur larut malam sementara ia khawatir mengantuk ketika sedang menonton pertunjukkan maka  Muhammadpun memutuskan  sore itu pergi tidur terlebih dahulu. Namun apa yang terjadi? Muhammad tidak terbangun hingga keesokkan harinya sehingga ia batal  menonton pertunjukkan  malam itu “.
“ Karena  penasaran, esoknya Muhammad melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Hingga 3 hari berturut-turut ia melakukan hal itu namun selalu berakhir sama yaitu tertidur. Akhirnya Muhammad sadar bahwa ia memang tidak  diperbolehkan melakukan hal buruk yang biasa dilakukan para teman-temannya itu. Maka sejak saat itu Muhammad tidak pernah lagi memiliki keinginan untuk melakukan hal yang tidak bermanfaat”.
***
Hari ini ada pelajaran Fikih Dakwah. Mata pelajaran ini mengajarkan bagaimana caranya mengajak  seseorang agar mau mengikuti petunjuk Allah dalam melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah. Terus-terang aku menyukai semua pelajaran yang diberikan kampus ini. Karena apa yang diajarkan selalu disertai dalil-dalil yang kuat, baik berdasarkan Al-quran maupun hadis.
Dan tak pelak lagi, Rasulullah adalah betul-betul contoh yang amat mulia. Dalam berdakwah tidak pernah Rasulullah memaksakan kemauan dan kehendak pribadinya. Hebatnya lagi, para sahabatpun tidak pernah berusaha mendebat bila perintah tersebut bersumber  dari Al-Quranul Karim.
Pada suatu hari dalam salah satu perang besar, yaitu  perang Badr dikisahkan bahwa Rasulullah memerintahkan pasukannya untuk berhenti di suatu lokasi tertentu “, demikian prof Syeikh Yusuf Nasruddin memulai penjelasannnya.” Ketika itu salah satu sahabat bertanya apakah perintah tersebut merupakan wahyu Allah atau ijtihaj Rasulullah. Ketika Rasul menjawab bahwa itu adalah ijtihaj Rasulullah sebagai manusia biasa maka sahabat tersebut dengan sopan mengatakan bahwa berdasarkan pengalaman perangnya berhenti di tempat sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah adalah kurang tepat. Ia mengusulkan tempat lain sebagai strategi perang bila ingin memenangkan peperangan. Maka dengan bijaksana setelah dipikirkan kembali bahwa hal itu adalah benar Rasulpun  meralat keputusannya dan mengikuti usul sahabat tadi. Rasul sama sekali tidak berpendapat bahwa hal tersebut dapat menurunkan kewibawaannya. Dan yang terjadi memang  sebaliknya. Para sahabat justru makin menghormatinya”, lanjut prof.
Rasulullah adalah seorang pribadi yang lembut dan penuh perhatian. Bila ada salah satu jamaah yang terbiasa shalat bersama tiba-tiba tidak hadir beliau akan menanyakan keadaannya. Dan bila ternyata orang itu sakit beliau akan menjenguknya. Begitu pula terhadap musuh yang membencinya. Beliau tidak pernah dendam terhadap musuh yang sering menyakitinya. Beliau bahkan mendoakan orang tersebut agar Allah swt mau mengampuni dan memberinya petunjuk serta hidyah. Inilah rupanya salah satu kunci keberhasilan dakwah Islam “, prof meneruskan penjelasannya setelah berhenti sejenak untuk meneguk air dalam gelasnya.
Penaklukan kota Makkah adalah salah satu buktinya. Makkah dikepung ketika pasukan Islam pimpinan Rasulullah sedang kuat-kuatnya. Dengan kekuatan besar tersebut tak syak lagi Makkah pasti dapat dihancur leburkan apalagi sebagian besar pasukan ketika itu adalah penduduk Makkah yang pernah diusir keluar dari kota tersebut dengan cara amat zalim. Namun kenyataannya hanya 4 orang  saja yang dihukum mati. Itupun dengan pertimbangan karena kejahatan mereka sudah melampaui batas. Sedangkan yang lain dibebaskan bahkan Abu Sufyan yang tadinya juga begitu memusuhi Islam mendapat kehormatan bahwa siapapun yang masuk ke rumahnya terbebas dari hukuman. Begitupun istrinya“, ujar  prof sambil mengeluarkan lap kacamata dan membersihkan kecamatanya yang tebal itu.
“ Padahal perempuan ini pernah mengaduk-ngaduk isi perut Hamzah bin Abu Thalib, paman Rasulullah yang syahid dalam perang Badar. Dengan penuh kebencian istri orang terpandang Qurasy ini mengambil hati Hamzah untuk dikunyah dan  ditelannya mentah-mentah! Dendamnya begitu membara karena kedua anak lelakinya terbunuh oleh paman Rasul yang terkenal gagah berani tersebut  dalam peperangan melawan  Islam. Ini yang membuat perempuan bernama Hindun Binti Uthbah berlaku seperti orang kerasukan  setan!”, terus prof.
“ Namun mengapa ia bisa bebas dari hukuman mati ? “, tanyaku keheranan.
“ Karena ia menyesal dan mengakui perbuatan biadab tersebut disamping waktu itu ia memang belum mengenal ajaran Islam. Setelah itu ia benar-benar bertaubat dan  berjanji tidak akan lagi berbuat keji. Dan ini memang terbukti benar. Sejak ia masuk Islam pasca penaklukan Makkah ia berubah menjadi muslimah yang shalehah”, jawab prof.
Aku hanya bisa diam termangu mendengar jawaban tersebut.
“ Meski begitu mengapa Barat selalu menganggap bahwa Islam adalah agama pedang, agama yang menurut  mereka disebarkan dengan cara  kekerasan ? “, tanya Ali, mahasiswa Mesir yang duduk paling belakang tanpa dapat menutupi rasa keingin-tahuannya yang tinggi.
Sebenarnya isu yang dihembuskan Barat itu hanyalah bagian dari provokasi mereka. Mereka tidak ingin Islam maju dan berkembang. Sebenarnya mereka sangat takut akan kekuatan dan persatuan Islam. Cobalah pelajari sejarah dunia dan sejarah Islam khususnya. Sejak Islam lahir 1400 tahun yang silam, sebetulnya baru belakangan ini saja Barat dapat mengungguli Islam. Itupun karena umat Islam saat ini tidak lagi bersatu disamping juga karena umat Islam belakangan ini malas dan tidak lagi memegang ajaran dengan teguh “, terang prof Yusuf setengah mengeluh.
Selama 23 tahun dibawah kepemimpinan Rasulullah saw, yaitu pada periode Madinah tercatat telah terjadi kurang lebih 20 perang besar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan seorang sejarawan bernama Dr. Muhammad Imarah ternyata jumlah korban yang jatuh selama itu hanyalah 386 orang saja, baik dari pihak Muslim maupun pihak musuh. Itupun dengan catatan Rasulullah melarang membunuh kaum perempuan, anak-anak, orang tua yang sudah uzur dan bahkan membakar pepohonan bila tidak ada manfaatnya. Bandingkan dengan perang saudara antara Katholik vs Protestan yang terjadi selama 30 tahun antara 1618-1648. Perang ini menelan korban jiwa 10 juta orang! Menurut Voltaire, seorang filsuf Perancis yang hidup antara tahun 1694-1778 jumlah tersebut sama dengan jumlah 40% penduduk Eropa Tengah pada abad pertengahan”, lanjut prof  penuh semangat.
Bandingkan juga dengan  jumlah korban yang tewas paska lahirnya UU Indian Removal Act tahun 1830 yang menyebabkan 70.000 orang Indian tewas dan terusir dari tanah airnya sendiri. Atau bandingkan dengan jumlah korban bom atom di Hirosima dan Nagasaki pada tahun 1945 oleh Amerika Serikat dibawah pimpinan Presiden F.D. Rosevelt yang katanya menjunjung tinggi nilai HAM. Dalam waktu hitungan sekian menit peristiwa biadab ini menelan korban tewas 140 ribu penduduk tak berdosa Hirosima dan 70 ribu penduduk Nagasaki. Belum lagi korban cacat akibat radiasi kimianya yang dampaknya lebih  berbahaya lagi dari sekedar kematian!”, kata prof menutup uraiannya sambil melihat jam tangannya. Tak lama kemudian bel berbunyi tanda waktu istirahat tiba.
***

Seberkas Cahaya di Palestina (11/14) Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Pengagum Wanita

0 komentar:

Posting Komentar