"Nis,,, sudah kuungkapkan perasaanku padamu... Nisa, tolong jawablah pertanyaanku,,, maukah engkau menjadi kekasih hatiku?" kata pria setengah bersimpuh dihadapan sesosok wanita yang terkesan angkuh layaknya karang yang dihempas gelombang ombak ditepian pantai. Sosok yang ada dihadapannya pun tak menampakkan ekspresi yang diharapkan.
Pria itu sadar diri, hufzh,,, dihembuskan nafasnya berat... Hem,,, dia tak menyangka akan mendapat perlakuan yang sebeku itu dari sesosok wanita. Dia tak mengerti, mengapa, siapa, semuanya begitu pening menjalar sekujur nadi.
"Maaf.. maafkan aku Di,," akhirnya wanita itu berbicara, pelan, datar, terkesan dipaksakan...
Air mata mengalir, bukan di kelopak wanita yang manis itu, pria itu menangis...Cintanya karam seketika itu juga, , , sudah beberapa kali dia mengutarakan isi hati, sudah kesekian kali itu juga tertolak, mentah-mentah... Ia tak mengerti apa kesalahannya, mengapa dirinya begitu sering tertolak oleh wanita yang disukainya...
Nisa pun beranjak, sebelum jarak antaranya menjauh, dia berkata, "Kau pilih cintaku, apa kau pilih cintaNYA?"
"Hah???!!!" Dia hanya bisa berkata itu, sejenak tidak mengerti maksud ucapannya. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal, hem,,, berat.. Tak kusangka dia seperti itu...
***
Kini, ia mengerti apa maksud ucapan Nisa.. Memang belumlah saatnya ia menyatakan cinta. Hal itu didapatnya setelah perkelahaian yang hebat antara cinta dan nafsu yang bergejolak didalam dirinya. Ia sadar, dirinya sebagai laki-laki akan dimintai pertanggungjawabannya...
"Jazakumullah pak ustadz.." sahutnya lirih...
Sesosok makhluk tua dihadapannya pun hanya tersenyum...
"Jazakumullah pak ustadz.." sahutnya lirih...
Sesosok makhluk tua dihadapannya pun hanya tersenyum...
***
Waktu berlalu, hingga ia bertemu lagi dengan Nisa... Di tempat yang tidak disangka-sangkanya...
"Assalamu'alaikum Nisa..." sapanya...
"Wa'alaikumsalam..." jawabnya datar, hendak mempertegas diri bila ia bukan muhrimnya.
"Nis, aku hanya akan menyampaikan beberapa hal. Kini ku sadar diri, hufzh... Aku memilihNYA,,, beberapa hari lagi,, aku kan berangkat,, ke tempat dimana mata dunia berpaling dari kenyataan pahit. Sudah ya, do'akan aku.." katanya berlalu meninggalkan Nisa yang masih kebingungan,, dipandanginya untuk yang terakhir bersamaan dengan bus yang melaju seolah hendak memisahkan mereka...
"Palestina,, aku datang..." gaungnya dalam hati...
Notes : Cerpen diatas mungkin tidaklah seberapa indah dibandingkan dengan karya sastra sang penulis lain yang lebih masyhur dan kenamaan. Cerpen ini saya tulis karena kekhawatiran saya terhadap nuansa Islami di dunia internet. Insya Allah, cerpen ini dapat antum bagikan ke siapapun... Jangan lupa,,, sertakan sumber asli tulisan... Jazakumullah...
"Assalamu'alaikum Nisa..." sapanya...
"Wa'alaikumsalam..." jawabnya datar, hendak mempertegas diri bila ia bukan muhrimnya.
"Nis, aku hanya akan menyampaikan beberapa hal. Kini ku sadar diri, hufzh... Aku memilihNYA,,, beberapa hari lagi,, aku kan berangkat,, ke tempat dimana mata dunia berpaling dari kenyataan pahit. Sudah ya, do'akan aku.." katanya berlalu meninggalkan Nisa yang masih kebingungan,, dipandanginya untuk yang terakhir bersamaan dengan bus yang melaju seolah hendak memisahkan mereka...
"Palestina,, aku datang..." gaungnya dalam hati...
Notes : Cerpen diatas mungkin tidaklah seberapa indah dibandingkan dengan karya sastra sang penulis lain yang lebih masyhur dan kenamaan. Cerpen ini saya tulis karena kekhawatiran saya terhadap nuansa Islami di dunia internet. Insya Allah, cerpen ini dapat antum bagikan ke siapapun... Jangan lupa,,, sertakan sumber asli tulisan... Jazakumullah...
0 komentar:
Posting Komentar